Pengertian
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif
(umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Proposisi
Bersamaan dengan
terjadinya observasi empiric didalam pikiran, tidak hanya terbentuk pengertian,
akan tetapi juga terjadi perangkaian dari kata-kata. Tidak pernah ada
pengertian yang berdiri sendiri. Perangkaian pengertian itulah yang disebut
dengan proposisi. Dalam proses pembentukan proposisi terjadi dua hal, yaitu :
1.
Proses
pembentukan proposisi terjadi begitu rupa, sehingga ada pengertian yang
menerangkan tentang pengertian yang lain, atau ada pengertian yang diingkari
oleh pengertian yang lain. Dengan menggunakan contoh ayam diatas, proses
perangkaian kata menghasilkan proposisi “ayam putih itu berkokok”.
“Berkokok” menerangkan tentang “ayam putih”. Pengertian yang menerangkan itu
disebut dengan “predikat”, sedang pengertian yang diterangkan disebut
dengan “subyek”. Kalau predikat disingkat dengan “P” dan subyek disingkat
dengan “S”, maka pola proposisi ditulis P=S. Kalau dalam proses
perangkaian itu terjadi pengingkaran, maka proposisi yang terbentuk adalah
“ayam putih itu tidak berkokok” dan pola proposisi ditulis P¹S.
2.
Dalam proses pembentukan proposisi itu
sekaligus terjadi pengakuan bahwa ayam putih itu memang berkokok., atau bahwa
ayam putih itu memang tidak berkokok. Dari sini jelaslah bahwa proposisi
itu mengandung sifat benar atau salah. Sebaliknya pengertian itu tidak ada
hubungannya dengan benar atau salah.
Apa yang dinyatakan
dalam proposisi seperti diatas adalah fakta, yaitu observasi yang dapat
diverifikasi atau diuji kecocokannya secara empirik dengan menggunakan indera.
Proposisi yang terjadi berdasarkan observasi empirik disebut dengan
proposisi empirik. Sedangkan proposisi yang sifat kebenaran
atau kesalahannya langsung nampak kepada pikiran dan oleh karenanya harus
diterima disebut dengan proposisi mutlak. Lambang proposisi dalah
bahasa adalah kalimat berita. Hanya kalimat beritalah yang mempunyai sifat
benar atau salah.
Inferensi dan Implikasi
Metode inferensi
adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai
suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya
akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai
dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang
ada.
Contoh
metode inferensi :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
- Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah
melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
- Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku
membacanya di dapur.
- Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka
pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.
- Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil
makanan kecil.
- Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku
kuletakkan di meja samping ranjang.
- Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka
kacamata ada di meja dapur.
- Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
·
p
→ q
·
r
v s
·
r
→ t
·
~q
·
u
→ v
·
s
→ p
Inferensi
yang dapat dilakukan
1.
p →
q
3. r v s
~p ___~q
r__ ~s
2.
s →
p
4. r → t
~s__~p r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah Pernyataan
majemuk yang menggunakan kata hubung “Jika….maka….” disebut Implikasi,
pernyataan bersyarat, kondisional atauhypothesical dengan notasi
p => q
Dibaca
:
- jika p maka q
- q jika p
- p adalah
syarat cukup untuk q atau
- q adalah
syarat perlu untuk p
Hukum-hukum
Penalaran
Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak
sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi. Sebuah proposisi
itu benar kalau ada kesesuaian antara subjek dan predikat. YAng logis adalah
penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis kalau mempunyai bentuk yang tepat,
dan sebab itu penalaran itu dipastikan kebenarannya.
Hubungan kebenaran antara premis dan
konklusi dapat dirumuskan ke dalam hukum-hukum penalaran sebagai berikut :
Hukum
pertama :
apabila
benar, konklusi benar
contoh
:
Semua
manusia akan mati
Ali
adalah manusia
Jadi
: Ali akan mati
Disini,
premis mayor dan premis mayor benar.
Hukum
kedua :
apabila
konklusi salah, premisnya juga salah
contoh
:
Semua
manusia akan mati
Malaikat
adalah manusia
Jadi
: Malaikat akan mati
Disini
konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah satunya) juga
pasti salah. Premis mayor benar. Premis mayor benar, sebab malaikat memang
bukan manusia. Jadi konklusi salah karena minornya salah.
Hukum
ketiga :
apabila
premisnya salah, konklusinya dapat benar atau salah
contoh
:
Malaikat
itu benda fisik Batu itu malaikat
Jadi
: batu itu benda fisik
Disini
kedua premisnya salah, tetapi konklusinya benar. Kalau premisnya salah dan
konklusinya salah lihat di atas.
Hukum
keempat :
apabila
konklusi benar, premis dapat benar dapat salah
contoh
: konklusi benar premis salah, lihat contoh di atas. Konklusi benar, premis
benar, liaht contoh pad hukum pertama.