Jumat, 03 Mei 2013

PENALARAN





Pengertian 

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Proposisi
Bersamaan dengan terjadinya observasi empiric didalam pikiran, tidak hanya terbentuk pengertian, akan tetapi juga terjadi perangkaian dari kata-kata. Tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri. Perangkaian pengertian itulah yang disebut dengan proposisi. Dalam proses pembentukan proposisi terjadi dua hal, yaitu :
1.               Proses pembentukan proposisi terjadi begitu rupa, sehingga ada pengertian yang menerangkan tentang pengertian yang lain, atau ada pengertian yang diingkari oleh pengertian yang lain. Dengan menggunakan contoh ayam diatas, proses perangkaian kata menghasilkan proposisi “ayam putih itu berkokok”.  “Berkokok” menerangkan tentang “ayam putih”. Pengertian yang menerangkan itu disebut dengan “predikat”, sedang pengertian  yang diterangkan disebut dengan “subyek”.  Kalau predikat disingkat dengan “P” dan subyek disingkat dengan “S”, maka pola proposisi ditulis P=S.  Kalau dalam proses perangkaian itu terjadi pengingkaran, maka proposisi yang terbentuk adalah “ayam putih itu tidak berkokok”  dan pola proposisi ditulis P¹S.
2.                Dalam proses pembentukan proposisi itu sekaligus terjadi pengakuan bahwa ayam putih itu memang berkokok., atau bahwa ayam putih itu memang tidak berkokok.  Dari sini jelaslah bahwa proposisi itu mengandung sifat benar atau salah. Sebaliknya pengertian itu tidak ada hubungannya dengan benar atau salah.
Apa yang dinyatakan dalam proposisi seperti diatas adalah fakta, yaitu observasi yang dapat diverifikasi atau diuji kecocokannya secara empirik dengan menggunakan indera.  Proposisi yang terjadi berdasarkan observasi empirik disebut dengan proposisi empirik. Sedangkan proposisi yang sifat kebenaran atau kesalahannya langsung nampak kepada pikiran dan oleh karenanya harus diterima disebut dengan proposisi mutlak.  Lambang proposisi dalah bahasa adalah kalimat berita. Hanya kalimat beritalah yang mempunyai sifat benar atau salah.

Inferensi dan Implikasi
Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari  jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode inferensi :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku membacanya di dapur.
Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.
Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil makanan kecil.
Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang.
Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka kacamata ada di meja dapur.
Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p          :           kacamata ada di meja dapur
q          :           aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r           :           aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s           :           aku membaca buku pemrograman di dapur
t           :           kacamata kuletakkan di meja tamu
u          :           aku membaca majalah di ranjang
v          :           kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
·         p → q
·         r  v s
·         r → t
·         ~q
·         u → v
·         s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1.        p → q                                               3. r  v  s
           ~p ___~q                                              r__ ~s
2.       s → p                                                 4. r → t
         ~s__~p                                                   r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “Jika….maka….”  disebut Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atauhypothesical dengan notasi
p => q
Dibaca :
jika p maka q
q jika p
p adalah syarat cukup untuk q atau
q adalah syarat perlu untuk p

Hukum-hukum Penalaran
Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi. Sebuah proposisi itu benar kalau ada kesesuaian antara subjek dan predikat. YAng logis adalah penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis kalau mempunyai bentuk yang tepat, dan sebab itu penalaran itu dipastikan kebenarannya.
Hubungan kebenaran antara premis dan konklusi dapat dirumuskan ke dalam hukum-hukum penalaran sebagai berikut :
Hukum pertama :

apabila benar, konklusi benar
contoh :
Semua manusia akan mati
Ali adalah manusia
Jadi : Ali akan mati
Disini, premis mayor dan premis mayor benar.
Hukum kedua :

apabila konklusi salah, premisnya juga salah
contoh :
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi : Malaikat akan mati
Disini konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah satunya) juga pasti salah. Premis mayor benar. Premis mayor benar, sebab malaikat memang bukan manusia. Jadi konklusi salah karena minornya salah.
Hukum ketiga :
apabila premisnya salah, konklusinya dapat benar atau salah
contoh :
Malaikat itu benda fisik Batu itu malaikat
Jadi : batu itu benda fisik
Disini kedua premisnya salah, tetapi konklusinya benar. Kalau premisnya salah dan konklusinya salah lihat di atas.
Hukum keempat :

apabila konklusi benar, premis dapat benar dapat salah
contoh : konklusi benar premis salah, lihat contoh di atas. Konklusi benar, premis benar, liaht contoh pad hukum pertama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar