Rabu, 03 November 2010

Ilmu Sosial Dasar BAB VI

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
PEMBEDAAN SISTEM PELAPISAN MENURUT SIFATNYA
1. Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Di dalam sistem ini perpindahan anggota masyarakat ke lapisan lain baik keatas
Maupun ke bawah tidak mungkin terjadi , kecuali ada hal – hal yang istimewa .
Di dalam sistem yang demikian itu satu – satunya jalan untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran . Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta . Sebagaimana kita ketahui masyarakat terbagi ke dalam :
a. Kasta Brahmana : yang merupakan kastanya golongan – golongan pendeta dan
 Merupakan kasta tertinggi
b. Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang
 Dipandang sebagai lapisan kedua
c. Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang
 Sebagai lapisan menengah ketiga .
d. Kasta Sudra : merupakan kasta dari golongan rakyat jelata
e. Paria :adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta .
    Yang termasuk golongan ini misalnya kaum Gepeng dsb.
2. Sistem pelapisan masyarakat terbuka
Di dalam sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.
Sistem yang demikian ini dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia sekarang ini . Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu . Tetapi disamping itu orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya . Status (kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Achieve status”. Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat yang terbuka sangat menguntungkan . Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain . Dengan demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar dapat meraih kedudukan yang dicita – citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka yang tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang bersangkutan bisa jatuh ke tangga sosial uang lebih rendah
Orang dengan status sosial yang tinggi cenderung lebih dihormati dari pada yang mempunyai status sosial rendah. Hal ini tentunya dapat menimbulkan deskriminasi sosial di dalam masyarakat.Contohnya pada suatu acara di balai warga, orang yang mempunyai kedudukan tinggi atau mempunyai status ekonomi yang baik akan di utamakan dan diberi tempat khusus pada perhelatan tersebut, sedangkan orang dengan status sosial yang masih rendah umumnya mendapat tempat di belakang padahal sudah menganti lebih awal. Atau pada rapat warga, yang diundang untuk menghadiri rapat hanyalah warga dengan status sosial yang tinggi tanpa mau mendengarkan pendapat dari warga lainya.
Hal ini lambat laun dapat menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat dan dapat menimbulkan ketidakharmonisan antar warga. Untuk menghindari terjadinya kecemburuan sosial akibat adanya pelapisan sosial ini, hendaknya orang dengan status sosial yang lebih tinggi dapat “Duduk sama rendah, Berdiri sama tinggi” dan saling merangkul satu sama lain dengan warga yang memiliki status sosial yang rendah agar terjadi keharmonisan di dalam bermasyarakat.

TEORI TENTANG PELAPISAN MASYARAKAT

Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (                Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

Pendapat para sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat. seperti:

- Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.

-Prof.Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan  bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

-Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.

-Gaotano Mosoa, sarjana Italia. menyatakan bahwa di dalam seluruh  masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.

-Karl Marx, menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.

Studi kasus :

Kasta merupakan ciri terpenting dalam kehidupan publik dan politik India. Sebagian besar anggota parlemen perempuan dalam Parlemen X adalah anggota-anggota kasta yang lebih tinggi. Misalnya, ada enam perempuan dari kasta Brahmana. Ini mewakili 17,14 persen anggota parlemen perempuan, angka yang cukup lumayan, sementara kasta Brahmana hanya 5,52 persen dari jumlah seluruh penduduk. Namun, penting untuk menjaga pembuatan korelasi yang sederhana antara kasta dengan representasi politik. Misalnya, dari enam perempuan kasta Brahmana anggota parlemen, dua di antaranya dari Partai Komunis India. Dalam kasus itu, factor kasta kurang penting ketimbang latar belakang istimewa kelas mereka. Lebih jauh, keduanya adalah produk dari pergerakan politik, perjuangan nasional dan gerakan anti-keadaan darurat. Jumlah perempuan yang mampu mengambil manfaat dari sistem kuota berdasarkan kasta di India masih tetap sedikit. Kendati 22 persen kursi parlemen disisihkan untuk kelompok kasta yang terdaftar (Scheduled Castes), perempuan hanya menduduki 4,1 persen dari kursi yang disediakan. Dua anggota parlemen perempuan berasal dari suku-suku yang diakui oleh pemerintah (Scheduled Tribes). Namun, dari 39 anggota parlemen perempuan di Lok Sabha X (mewakili 7 persen dari total), 14 persen adalah dari kasta yang terdaftar. Dua anggota parlemen perempuan berasal dari kasta “terbelakang” dan mewakili konstituensi terbuka. Karena itu kasta mempengaruhi profil, loyalitas, dan tugas dari para wakil rakyat di Parlemen India.

Opini :
Sistem kasta itu masih berlaku baik di India atau di Negara-negara lainnya, tapi menurut saya, anggota parlemen itu harus aktif dan pandai, dan tidak semua orang dari golongan atas semua pandai, terpandang dan dibanggakan.


sumber (http://lusib0l9.blogspot.com/2010/03/pelapisan-sosial-masyarakat.html, http://beringas19.blogspot.com/2010/03/pelapisan-sosial-masyarakat.html, http://www.idea.int/publications/wip/upload/CS-India.pdf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar