Minggu, 29 April 2012

PENGEMBANGAN ORGANISASI



Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Sejarah pengembangan organisasi ditunjukkan oleh lima latar belakang/batang: pelatihan laboratorium, umpan balik survei, riset tindakan, produktivitas dan kualitas kehidupan kerja, serta perubahan strategik. Pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam sejumlah deversitas pendekatan PO, praktisi, dan keterlibatan organisasi membuktikan sehatnya suatu disiplin dan menawarkan suatu prospek yang menguntungkan di waktu mendatang.
Para Pelaku Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (PO) diterapkan kepada tiga jenis manusia: spesialisasi individu di dalam PO sebagai profesi, orang-orang dari lapangan yang terkait, yang telah mencapai sejumlah kompetensi di dalam PO, dan para manajer yang memiliki keahlian PO yang diperlukan untuk perubahan dan mengembangkan organisasi atau departemen mereka.
Peranan profesional PO dapat diterapkan terhadap konsultan internal, yang memiliki organisasi yang sedang mengalami perubahan, dan terhadap konsultan eksternal yang menjadi anggota universitas dan perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, serta terhadap anggota tim konsultan internal-eksternal. Peranan PO akan dideskripsikan secara tepat didalam istilah marjinalitas. Orang-orang yang berorientasi pada marjinalitas nampak khususnya beradaptasi untuk peran PO, karena mereka dapat menjaga kenetralan dan objektivitas serta mengembangkan solusi yang integratif yang mengakurkan titik pandang antara departemen-departemen oposisi. Sementara peranan PO di masa lalu telah dideskripsikan sebagai ujung klien dari suatu kontinum mulai dari fungsi clien-centered kepada consultant-centered. Pengembangan intervensi baru dan beraneka ragam telah menggeser peranan profesional PO meliputi keseluruhan rentang dari kontinum tersebut.
Walaupun masih menjadi suatu kemunculan profesi, sebagian besar profesional PO memiliki pelatihan khusus didalam PO, terbentang dari kursus-kursus jangka pendek dan workshop-workshop, serta pendidikan master dan doktor. Tidak ada jalur karir tunggal, namun demikian konsultan internal sering digunakan sebagai batu loncatan untuk menjadi konsultan eksternal.
Nilai telah memainkan peran kunci di dalam PO, dan nilai-nilai tradisional mendukung kepercayaan, kerja sama, dan kejujuran yang pada akhir-akhir ini telah dilengkapi dengan nilai-nilai keefektifan dan produktivitas organisasional. Spesialis PO akan menghadapi dilema nilai dalam rangka mencoba untuk bekerja sama mengoptimalkan keuntungan sumber daya manusia dan kinerja organisasi. Mereka juga akan menjumpai konflik nilai ketika berhadapan dengan stakeholder eksternal yang penuh kekuatan, seperti pemerintah, pemegang saham, dan pelanggan. Berhadapan dengan kelompok dari luar tersebut akan memerlukan keahlian politik, begitu juga keahlian sosial tradisional yang lebih baik.
Issue-issue yang berkaitan dengan etika di dalam PO melibatkan bagaimana para praktisi melaksanakan peran bantuan mereka dengan klien. PO senantiasa menunjukkan perhatiannya terhadap pelaksanaan yang berkaitan dengan etika para praktisi, dan pada akhir-akhir ini sebuah kode yang berkaitan dengan etika untuk praktek PO telah dikembangkan oleh berbagai macam asosiasi profesional di dalam PO. Issu-issu yang berkaitan dengan etika di dalam PO cenderung untuk muncul di sekitar issue-issue berikut ini: pemilihan intervensi, menggunakan informasi, menahan servis, ketergantungan klien, pemilihan partisipasi, dan memanipulasi klien.

KARAKTERISTIK PEMBANGUNAN
Pengertian pembangunan

Pada umumnya setiap orang tentu menginginkan keadaan yang lebih baik dari keadaannya sekarang, untuk semua aspek kehidupannya. Meskipun demikian pengertian kehidupan yang lebih baik ini mungkin sekali akan berbeda-beda pada setiap orang. Perbedaan ini merupakan refleksi dari perbedaan dalam kebutuhannya masing-masing. Sebagai contoh, orang yang telah memiliki rumah tinggal yang memadai dan tingkat konsumsi yang cukup, mungkin ingin memperbaiki kehidupannya dengan memiliki alat transportasi yang baik dan nyaman untuk keluarganya. Sebaliknya bagi keluarga yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari, perbaikan yang dinginkan adalah berupa kecukupan pangan bagi mereka sekeluarga.
Setiap orang dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala sumberdaya, aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Limpahan sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai, dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat tidaklah sama. Ini akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan masyarakat tersebut untuk mencapai tujuan mereka dalam rangka memperbaiki aspek-aspek kehidupannya. Sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih baik adalah merupakan aktifitas pembangunan. Kemampuan mengelola, ketersediaan sumberdaya, dan jumlah aset yang dimiliki dengan demikian merupakan tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan.Semakin tinggi kemampuan mengelola akan membuat semakin banyak alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan untuk melaksanakan pembangunan. Demikian juga dalam hal sumberdaya, semakin banyak sumberdaya yang dikuasai dan semakin besar tingkat penguasaan terhadap sumberdaya tersebut, akan semakin besar pula peluang pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil dengan lebih baik. Dalam hal jumlah aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin banyak aset yang dikuasai (misalnya dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan semakin mudah mewujudkan rencana dalam pelaksanaan pembangunan.
Pengertian kemampuan di atas mencakup kemampuan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi. Untuk setiap aktifitas pembangunan mulai dari yang paling sederhana, misalnya aktifitas nelayan kecil mengail ikan, sampai aktifitas pembangunan yang kompleks misalnya usaha negara-negara anggota Uni Eropa untuk membangun suatu sistem perekonomian yang akan memperkuat posisi mereka dalam relasi perdagangan international, semuanya membutuhkan kemampuan dalam tiga aspek tersebut di atas.
Untuk mengail ikan nelayan memerlukan pengetahuan sederhana tentang perlengkapan pancing, jenis umpan yang dapat digunakan, dan lokasi yang kemungkinan banyak ikannya. Nelayan ini juga memerlukan keterampilan untuk mengangkat pancing, sehingga ikan yang telah mematuk umpan tidak sampai terlepas. Nelayan ini juga menerapkan teknologi sederhana bagaimana matakail dibuat dan digunakan agar dapat membantu meningkatkan produktifitasnya dalam mengail. Demikian juga halnya dengan kolaborasi negara-negara anggota Uni Eropa. Mereka memerlukan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan international, sehingga dapat memformulasikan sistem transaksi yang dapat diandalkan (reliable). Mereka memerlukan keterampilan negosiasi untuk mewujudkan maksud mereka, tidak saja agar diterima oleh negara-negara anggota, melainkan juga untuk sosialisasi rencana dan program mereka agar tidak mendapatkan tantangan dari negara-negara lain di dunia. Mereka juga memerlukan teknologi pendukung untuk mewujudkan maksud mereka, misalnya berupa teknologi monitoring dan komunikasi yang sangat penting bagi keberlangsungan proyek mereka.
Contoh di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi merupakan suatu kelompok faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Tidak perduli apakah itu untuk upaya pembangunan sederhana yang bersahaja, atau untuk upaya pembangunan yang rumit dan kompleks.
Sumberdaya untuk pembangunan umumnya dibedakan atas: sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya manusia (human resources), sumberdaya modal (capital), dan sumberdaya berupa teknologi. Modal dan teknologi sering juga digolongkan sebagai sumberdaya buatan (man made resources).Sumberdaya alam meliputi misalnya lahan, bahan tambang (minyak, batu bara), hutan dan sebagainya.
Dalam aktifitas pembangunan beberapa ahli percaya bahwa berbagai jenis sumberdaya tersebut berbeda-beda kedudukannya, sesuai dengan kontribusinya masing-masing terhadap aktivitas pembangunan. Keterbatasan pemilikan lahan bukan faktor yang sifatnya kritis yang menyebabkan kemiskinan. Faktor kritis (critical factor) penyebab kemiskinan adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas populasi dan investasi pendidikan sangat penting untuk upaya-upaya pembangunan dan pengentasan kemiskinan di suatu wilayah.
Dalam faktor-faktor penentu keberhasilan pembangunan, sumberdaya manusia bersama-sama teknologi dipisahkan dari kelompok sumberdaya, dan digolongkan dalam kelompok lain yang lebih kritikal dari sumberdaya dan aset, yaitu kemampuan mengelola. Kualitas sumberdaya manusia yang baik bila dipadukan dengan kemampuan dan penguasaan teknologi yang maju akan memberikan peluang yang lebih besar bagi seseorang atau sekelompok masyarakat untuk menemukan alternatif pendayagunaan sumberdaya dan aset yang dimilikinya secara lebih efisien sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal.
Jumlah aset yang dimiliki sebelumnya (initial assets) merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Dengan pemilikan aset yang lebih baik, individu atau kelompok masyarakat tertentu akan memiliki peluang yang lebih baik dan kemudahan yang lebih banyak dalam pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya hasil pembangunan dapat berkontribusi pada pembentukan aset yang lebih baik. Kenyataan inilah yang melatarbelakangi munculnya problema lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).
Orang-orang miskin umumnya tidak memiliki aset yang baik dan kemampuan mereka sangat terbatas. Meskipun sumberdaya di sekitar mereka kadangkala melimpah, tapi penguasaan mereka terhadap sumberdaya tersebut sangat terbatas. Konsekuensinya, dalam upaya dan aktifitas pembangunan yang mereka laksanakan mereka menjadi jauh tertinggal, dibandingkan kelompok masyarakat lain yang mempunyai kemampuan, aset dan pengusaan sumberdaya yang lebih baik. Kondisi ini terus berlanjut berjalan ke arah pelebaran gap kaya miskin, karena yang kaya akan semakin kaya karena hasil pembangunan mereka lebih baik, sementara yang miskin akan semakin tertinggal karena pembangunan yang dijalankannya berjalan jauh lebih lambat.
Aktifitas pembangunan ini dapat dilakukan oleh seorang individu, sekelompok masyarakat, sebuah komunitas masyarakat dalam suatu wilayah propinsi, negara atau bahkan juga komunitas international. Dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat atau kumpulan komunitas yang lebih luas, secara umum cenderung mempunyai kekuatan yang lebih besar dan karenanya juga memiliki implikasi yang lebih luas. Hal ini karena dalam aktifitas pembangunan mereka kemampuan, aset dan sumberdaya dipadukan. Meskipun demikian sinkronisasi diperlukan dalam aktifitas ini sehingga perbedaan yang ada di antara individu-individu anggota kelompok tersebut tidak membesar dan berkembang menjadi konflik yang tidak menguntungkan bagi aktifitas pembangunan.
Dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap individu ingin perbaikan dalam kehidupannya, dan bahwa keinginan individu-individu tersebut berbeda-beda tergantung kebutuhannya masing-masing, maka tujuan pembangunan juga berbeda-beda. Aktifitas pembangunan yang melibatkan lebih dari satu individu memerlukan suatu perekat untuk mengkoordinasikan segenap aktifitas secara sinergis. Perekat tersebut lazimnya berupa tujuan yang sama. Bila tujuan yang sama dapat diangkat menjadi tujuan bersama, maka kemudian akan mudahlah melakukan koordinasi untuk memadukan segenap sumberdaya, aset dan kemampuan yang dimiliki dalam kelompok tersebut untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal.

Referensi : 





Sabtu, 28 April 2012

PROSES SOSIALISASI PRAKTEK


Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Untuk menata karir dengan sukses, orang memakai berbagai cara. Ada yang menatanya melalui kerja keras, lewat jenjang pendidikan, mulai dari bawah, kejujuran, dedikasi, loyalitas, keterampilan, tanggung jawab, dan sebagainya. Yang jelas, sukses dalam berkarir bukanlah suatu kebetulan, pasti ada yang melatarbelakanginya.
Dalam lingkungan perusahaan, umumnya seseorang membutuhkan perjalanan relatif panjang untuk sampai pada puncak karir. Tak sedikit pula orang mengatakan bahwa reputasi dan citra pekerja seseorang biasanya mengawali debut karir. Namun, reputasi dan citra pekerja perlu aktualisasi dan pengakuan dari jajaran organisasi secara luas dalam hal pola pikir atau cara pandang, disiplin, spirit, motivasi, dan lain sebagainya.
Dalam menentukan cara apa yang efektif untuk menata karir, terdapat kontradiksi antara pendapat beberapa ahli psikologi, teori reputasi dan filsuf. Mari kita simak pendapat mereka.

Ahli psikologi menggolongkan bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan:
  •  Golongan pekerja, dimana golongan pekerja diprediksikan hanya mampu menjadi pekerja dan tidak dapat menjadi leader, apalagi seorang pemikir.
  •  Golongan leader/pemimpin yang mampu memimpin bawahan, namun tidak mampu menjadi pemikir.
  • Golongan pemikir (thinker), manusia mempunyai kemampuan memecahkan masalah, mampu membuat strategi, perencanaan, dan implementasi menentukan arah, visi perusahaan.

Teori reputasi yaitu pandai menarik lingkungan anggota organisasi dengan kekuatan reputasinya sehingga ia dapat meraih karir sampai ke puncak.
Para filsuf, menyatakan bahwa manusia pada dasarnya sama-sama mempunyai kemampuan dasar alami (nature of human being), yaitu sama-sama memiliki motivasi, kemampuan,learning, personality, dan attitude yang memungkinkan semua manusia mempunyai peluang yang sama untuk meraih kesuksesan.
Mengacu pada teori sebab-akibat, kita harus optimis dengan penuh keyakinan bahwa kesuksesan tidak bisa hanya dilihat atau ditunggu, melainkan diusahakan. Untuk meraih kesuksesan dalam berkarir kita harus mengatasi tantangan dan menghalau rintangan, serta mempersiapkan diri atas syarat-syarat yang diperlukan. Kita pun harus meyakini dan tidak pula menyalahkan pendapat para psikolog, teori reputasi maupun filsuf.
Berikut ini adalah beberapa syarat menata karir yang efektif.

1. Vision (visi)

Visi adalah seni untuk melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata (vision is the art of seeing thing invisible). Sesuatu di sini bisa berupa prediksi-prediksi peluang organisasi untuk dijadikan halauan, gol, sasaran organisasi sehingga memudahkan untuk menentukan strategi organisasi yang tepat, membuat perencanaan dan mengimplementasikan dalam kegiatan organisasi. Penentuan visi menjadi tugas dan tanggung jawab top manajemen. Jadi, bila Anda ingin menata karir menuju top manajemen, berarti Anda harus memiliki visi.

2. Balance (keseimbangan)
  •  Nilai keseimbangan dalam segala hal, diperlukan. Bila Anda tidak mengontrol keseimbangan dalam kegiatan, akan menimbulkan kegagalan, penyimpangan, kekecewaan dan sebagainya. Sebagai contoh, keuntungan seimbang dengan modalnya, sedangkan keinginan dengan usahanya, cita-cita dengan kemampuan, begitu pula hasil dengan pengorbanan, dan sebagainya.
  • Arti lain dari balance adalah adil. Adil merupakan salah satu karakter pemimpin. Bila tidak bisa berbuat adil, Anda tidak akan meraih reputasi dan dukungan dari anggota organisasi.
3. Energy (energi)
  • Energi adalah kapasitas diri kita untuk melakukan suatu tindakan yang diperkuat oleh niat yang besar. Kapasitas tenaga, talenta, daya pikir, keterampilan merupakan sesuatu yang harus dimiliki bila kita ingin menata karir kita sampai batas akhir/puncak.
  • Kinerja seorang tenaga karir akan dinilai dari tinggi rendahnya produktivitas yang dipengaruhi oleh kapasitas tenaga (kuantitas hasil, talenta, dan daya pikir). Sedangkan kapasitas keterampilan dilihat dari satuan kecepatan dan kualitas.

Dengan demikian energi mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produktivitas, baik kuantitas maupun kualitas, sudut pandang, ide, keputusan, satuan kecepatan. Semua ini mengandung nilai-nilai/kekuatan untuk menaiki jenjang menata karir yang efektif.

4.Courage (keberanian)
  • Keberanian terkendali tanpa batas, yaitu berani mengatasi permasalahan namun bukan berani karena nekad. Berani mengambil keputusan yang berisiko besar dan menghasilkan sesuatu yang besar merupakan tipe pemimpin sejati. Berani mengambil keputusan dengan hasil yang tepat adalah salah satu contoh tindakan yang bijak. Berani berkorban merupakan contoh keteladanan seorang pemimpin. Berani mati dalam berperang merupakan bukti kesetiaan seorang pemimpin.
  • Menata karir berarti menata kehidupan panjang. Seseorang harus berani berkorban, berani lelah, berani pusing, dan berani melakukan di luar kebiasaan dimana orang tidak berani melakukannya.
5. Achievement (pencapaian prestasi)
  •   Sukses mencapai prestasi sampai puncak karir (achievement) tidak diukur setinggi apa ia berada melainkan caranya (tantangan dan pengorbanan) yang dijadikan ukuran. Seberapa sulit ia mengalahkan segala tantangan, hambatan, dan kesulitan.
  •   Keterampilan, skill dan attitude merupakan inti dari achievement yang dapat menentukan keberhasilan dalam menata karir yang efektif.
6. Challenge (tantangan)
  • Tantangan merupakan sebuah kesempatan untuk unjuk prestasi/mengaktualisasikan kemampuan kita di dalam lingkungan organisasi. Tanpa tantangan, dinamika kehidupan tidak memberikan arti dan makna kesuksesan.
  • Tantangan yang berhasil kita atasi merupakan bukti tertanamnya nilai mentalitas yang tidak pernah menyerah dalam diri seorang pemimpin yang merupakan daya juang untuk menata karir.
  • Kita membutuhkan tantangan untuk ujian mental dan usaha dalam menata karir yang efektif.
7. Dream (impian)
  •  Impian adalah motivasi awal untuk menentukan strategi dan langkah untuk mewujudkan impian tersebut. Tentunya impian ini adalah impian yang terukur, spesifik, dapat tercapai, realistis dan memiliki batas waktu pencapaian (smart).
  • Dalam mencapai impian atas karir yang diinginkan membutuhkan komitmen dan hasrat/kesungguhan yang tidak boleh padam dengan mengerahkan seluruh potensi dan kapital yang dimiliki.


Referensi :

EVALUASI PRESTASI



Evaluasi prestasi dapat membantu pengambil keputusan untuk kepentingan promosì, transfer dan demo sì karyawan, yang pada umumnya didasarkan pada prestasì kerja masa lalu atau antisipasìnya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.

- Program evaluasi prestasi

Dalam banyak program evaluasi prestasi kerja, perilaku yang paling baru (recent behavior) dari karyawan yang dinilai mewarnai penilaian. Dengan hanya menggunakan perilaku yang paling baru untuk mengadakan evaluasi dapat menimbulkan kesalahan yang dinamakan kesalahan penstiwa baru (recency events error).
Karena lupa memasukkan perilaku penting di masa yang lalu, dapat menimbulkan prasangka yang kuat dalam evaluasi. Mereka yang dinilai biasanya menyadari kecenderungan ini dan menjadi kelihatan berminat, produktif, dan koperatif justru sebelum evaluasi formal.
Kesalahan penilaian mungkin dibuat minimum, apabila :

  • Setiap dimensi menunjukkan satu kegiatan tunggal dan bukan sekelompok kegiatan tunggal.
  • Penilaian atas dasar yang biasa) dapat mengamati perilaku orang yang dinilai sewaktu pekerjaan itu dilaksanakan.
  • Istilah seperti rata-rata tidak digunakan pada skala penilaian karena penilai yang berbeda-beda mempunyai beraneka macam reaksi terhadap istilah semacam itu.
  • Penilai tidak harus mengevaluasi kelompok besar kelelahan clan kesulitan dalam membedakan mereka yang dinilai menjadi masalah utama.
  • Penilai dilatih untuk menghindari kesalahan semacam kelonggaran, kekerasan, pancaran cahaya kecenderungan sentral dan peristiwa baru. 6. Dimensi yang dievaluasi mempunyai "penuh arti" dinyatakan dengan jelas, dan penting.

- Metode Memperkecil Kesalahan

Dalam pengambilan keputusan, ada beberapa langkah-langkah untuk memperkecil masalah yang akan muncul saat pengambilan keputusan telah dilakukan. Maka dari itu, berikut adalah metode untuk memperkecil masalah :
  •  Tetapkan apakah hal itu termasuk keinginan/kebutuhan, mendesak/penting, bisa ditunda/tidak. 
  • Apakah ada alternatif yang lebih baik? 
  • Tinjaulah tujuan hidup Anda, sesuai/tidak? Lalu putuskan berdasarkan skala prioritas.
  • Seberapa penting hal ini bagi Anda? Bagaimana akibatnya jika Anda melakukannya? Bagaimana akibatnya jika Anda tidak melakukannya? Bagaimana cara Anda mengatasi/mengurangi akibat buruk tersebut? Apa langkah perbaikan yang bisa diambil/apa saja langkah selanjutnya sehubungan dengan konsekuensi keputusan di atas?
  • Berilah batasan yang jelas dalam menilai suatu situasi 
  • Lengkapilah diri dengan persiapan data sebanyak mungkin
  • Turutilah suara hati Anda 
  • Kalau mungkin, ambilllah keputusan secara bertahap
  • Bila Anda ingin membeli sesuatu cobalah untuk meminjam dulu pada orang lain, untuk mengetahui apakah Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut/apakah merk barang tersebut benar-benar bagus kualitasnya (sesuai keinginan Anda)
  • Tentukanlah batas terakhir saat mengambil keputusan dan taatilah
        Jauh lebih baik mengambil keputusan (walaupun pada akhirnya terbukti salah), daripada tidak mengambil keputusan sama sekali. Dari kesalahan-kesalahan tersebut kita bisa mengambil pelajaran untuk menuju kepada langkah-langkah baru (dan keputusan-keputusan baru yang lebih baik). Prediksi apa resiko terburuk jika keputusan kita salah. Jika kita sanggup untuk menghadapi resiko terburuk tersebut maka lakukanlah. Terjunlah secara penuh untuk lebih meningkatkan prosentase keberhasilan dari setiap keputusan yang kita ambil. Ingat, jangan setengah-setengah karena hidup kita adalah taruhannya! 

referensi:

TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN



Teknik pengambilan keputusan adalah suatu proses penyelesaian akhir suatu masalah yang dibicarakan dalam setiap jenis rapat
Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit dalam kaitan dengan:

  • ketidak-pastian masa depan
  •  konflik nilai-nilai atau hasil tujuan nilai nilai

Langkah-langkah dalam membuat keputusan semantik. 
  • Menggambarkan dan mengenali masalah dan kesempatan.
  • Mengidentifikasi dan menganalisis macam langkah tindakan alternatif, mengestimasi pengaruhnya dalam masalah atau kesempatan.
  • Memilih tindakan yang lebih disukai.
  • Mengimplikasikan tindakan yang lebih disukai.
  •  Mengevaluasi hasil dan kelanjutannya sebagaimana diperlukan.


Teknik untuk merangsang kreativitas dalam pengambilan keputusan kelompok
  •   Brainstorming
  •  Delphi Process
  •   Nominal Group Techniques (NGT)

- Brainstorming

Teknik brainstorming dipopulerkan oleh Alex F. Osborn dalam bukunya Applied Imagination. Istilah brainstorming mungkin istilah yang paling sering digunakan, tetapi juga merupakan teknik yang paling tidak banyak dipahami. Orang menggunakan istilah brainstroming untuk mengacu pada proses untuk menghasilkan ide-ide baru atau proses untuk memecahkan masalah.
Teknik brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang nyleneh, liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual.

Sentral dari brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Ketentuan dasar dari brainstorming adalah sebagai berikut:
·   Tunda Keputusan. Jangan melakukan kritik terhadap setiap gagasan yang muncul.     Jangan pula melakukan evaluasi terhadap gagasan tersebut. Gagasan dipilih setelah sekian banyak gagasan dilontarkan.
·  Munculkan sebanyak mungkin gagasan. Munculkan gagasan sebanyak-banyaknya. Gunakan gagasan yang aneh dan lucu untuk merangsang gagasan-gagasan lain yang lebih baik.

Orang umumnya sangat hebat dalam menilai dan mengkritik. Mereka cenderung teralalu cepat menghambil keputusan, tanpa memberi kesempatan suatu gagasan berkembang. Banyak sekali contohnya. JK Rowling sempat ditolak oleh banyak penerbit ketika menawarkan kisah Harry Potter-nya yang sangat laris itu. KFC pernah ditolak berkali-kali sebelum menjadi makanan terkenal seperti sekarang. Percobaan Edison tentang bola lampu listrik telah diprotes oleh rektor sebuah universitas terkenal sebagai kesesatan yang disadari.

Jika Anda menggunakan teknik brainstorming dalam rapat, lakukan langkah-langkah berikut:
·    Tuliskan permasalahan di papan tulis. Jelaskan masalah tersebut sehingga seluruh perserta rapat memiliki presepsi yang sama.
·   Persilahkan hadirin menyampaikan gagasannya. Jangan ada kritik, sangahan, atau evaluasi, apapun alasannya.
·        Munculkan sebanyak mungkin gagasan. Gunakan gagasan orang lain untuk merangsang gagasan kita sendiri. Gunakan gagasan yang aneh, nyleneh, liar, norak, dan berani untuk merangsang gagasan yang lebih baik.
·    Setelah sejumlah gagasan diperoleh, lakukan evaluasi kritis terhadap gagasan yang ada. Pilihlah gagasan terbaik.
·         Lakukan aksi untuk merealisasikan gagasan tersebut.

- Teknik Delphi
Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para pakar melalui pendekatan intuitif.

Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi

·         Problem identification and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.

·         Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.

·         Questionaire Design. Peneliti menyusun butir-butir instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.

·         Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya meriview instrumen dan menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan

·         jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi instrument.


Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi

·         Development of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.

·         Organization of Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi dan debat bisa terjadi untuk mencapai konsensus dalam memberikan jawaban tentang rancangan suatu produk atau intrumen penelitian. Dengan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% konsensus.

·         Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih besar.


-Teknik Kelompok Nominal
Teknik kelompok nominal (selanjutnya dipakai singkatan TKN) adalah salah satu teknik peran serta dalam pengambilan keputusan yang lebih jarang dipakai dibanding dengan teknik sumbang saran. Teknik ini dikembangkan oleh Dellbecq dan Van de Ven pada tahun 1968 (Delbecq, et all., 1975), dimaksudkan sebagai suatu cara untuk mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan dalam suasana ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu masalah, lalu mencari jalan penyelesaian yang terbaik.

Kamis, 26 April 2012

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Secara umum pengertian teori pengambilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Didalam pengambilan keputusan ada 2 cara pengembilan keputusan tersebut, yaitu :
1. Keputusan yang diprogramkan
2. Keputusan yang tidak diprogramkan

- Keputusan yang diprogramkan
Keputusan yang diprogramkan (programmed decision), adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Misalnya keputusan pemilihan pemasok bahan baku adalah melalui aturan dan prosedur yang tetap.

- Keputusan yang tidak diprogramkan
Keputusan yang tidak diprogramkan adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila masalah tidak cukup diatasi dengan kebijaksanaan maka masalah tersebut harus dselesaikan malalui keputusan yang tidak diprogramkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkhi organisasi, maka ia akan semakin tinggi tuntutan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah dengan pembuatan keputusan yang tidak diprogramkan.

Referensi :